Jumat, 06 September 2019

Bisnis Asuransi Pengangkutan Masih Naik


TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Bisnis asuransi pengangkutan masih punya celah untuk membesar. Pelaku perjuangan asuransi kerugian meyakini premi bisnis asuransi akan terus meningkat sepanjang tahun ini.

Memang, pelaku bisnis asuransi kerugian menyadari perluasan pasar tak gampang diwujudkan. Pasalnya, hukum yang dinilai bakal jadi materi bakar suplemen bagi bisnis ini mesti ditunda.
Aturan yang dimaksud ialah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 48 tahun 2018. Permendag itu mensyaratkan penggunaan jasa asuransi domestik untuk acara ekspor dan impor sejumlah barang.

Pemberlakuan beleid ini ditunda dari rencana semula, yaitu Agustus tahun ini. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe masih yakin premi yang didapat dari lini bisnis tersebut masih sanggup tumbuh menggembirakan walau tanpa hukum tersebut.

Setidaknya keyakinan ini tercermin dari capaian hingga paruh pertama tahun 2018. AAUI mencatat, hingga simpulan semester I lalu, premi yang dihimpun pelaku perjuangan dari bisnis asuransi pengangkutan menembus Rp 1,86 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan setinggi 11,7% bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

Menurut dia, pertumbuhan premi yang didapat ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang masih sanggup dicatatkan selama enam bulan pertama 2018. Roda ekonomi yang berputar lebih cepat turut mengerek frekuensi pengiriman barang di tahun ini.

Dari data yang dihimpun asosiasi, kenaikan volume pengiriman barang yang tertinggi terjadi di moda kereta api. Sampai semester pertama, volume barang yang diantarkan naik 16,6% menjadi 23,3 juta ton.

Kenaikan juga terjadi untuk pengangkutan barang via bahari yakni mencapai 16,9 juta ton alias tumbuh 4,8% secara year on year (yoy). Namun untuk pengiriman barang dengan pesawat justru turun sebesar 1,8% menjadi 265.000 ton.

Melihat pencapaian itu, ia optimistis asuransi pengangkutan bakal melaju hingga tutup tahun nanti. "Kami yakin premi dari lini bisnis ini masih sanggup tumbuh sebesar dua digit sepanjang 2018," kata dia.
Optimisme yang sama dimiliki PT Asuransi Sinar Mas (ASM). Bahkan Direktur ASM Dumasi MM Samosir bilang pihaknya berhasil mencatatkan kinerja yang menggembirakan dari lini bisnis ini.

Sampai semester pertama, Dumasi menyebut lini bisnis ini sudah memberi bantuan sekitar 10% dari keseluruhan premi perseroan yang sebesar Rp 3,75 triliun. "Sementara dari pertumbuhannya mencapai 22%," tutur dia.

Pertumbuhan kinerja dari lini bisnis tersebut di antaranya berasal dari peran perseroan memperluas pemasaran produknya. Cara serupa bakal dilanjutkan perusahaan selama sisa tahun ini, untuk mendorong perolehan premi setinggi mungkin.

Sementara Direktur Utama PT Asuransi Asoka Mas Yulianto Hengki juga masih yakin lini bisnis tersebut akan sanggup mendorong kinerja perusahaannya hingga sisa tahun ini. Apalagi, bantuan premi dari asuransi angkutan terhadap total premi cukup besar yaitu berkisar 20%.

Rupiah Stabil, Imbal Hasil Obligasi Turun
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di tengah pekan ini bakal jadi penggagas pasar obligasi dalam negeri di jangka pendek. Namun untuk jangka menengah dan panjang, pergerakan rupiah masih jadi sentimen utama.

Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan optimistis, pergerakan yield surat utang negara (SUN) pola FR064 pada pekan ini masih dalam tren penurunan, walau The Federal Reserve menaikkan suku bunga. Ini terjadi alasannya rupiah mulai stabil dengan kecenderungan menguat.

Apalagi, pelaku pasar sebetulnya sudah mengantisipasi rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan. "Kenaikan suku bunga The Fed di September sudah priced in," kata Ariawan, simpulan pekan lalu.

Ini tercermin pada yield US Treasury yang telah menanjak dalam beberapa hari belakangan. Per Jumat (21/9), yield obligasi AS berada di level 3,06%. Ariawan menilai, meski The Fed mengerek suku bunga, yield obligasi AS tidak akan naik signifikan.

Alhasil, yield SUN pun akan tetap stabil. Apalagi, sekarang yield obligasi pola cenderung turun. Ini sejalan dengan harga SUN yang kembali naik.

Akhir pekan lalu, yield FR064 ada di level 8,10%. Padahal Rabu (12/9), yield SUN masih di 8,57%. Ariawan menghitung, ada potensi yield SUN turun 10-15 basis poin pekan ini.

Potensi deposito
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menambahkan, pasar obligasi dalam negeri juga harus meragukan deposito perbankan. Jika BI menaikkan suku bunga, otomatis bunga deposito ikut naik.

Menurut dia, sekarang imbal hasil obligasi tenor pendek sudah bersaing dengan suku bunga deposito yang cenderung naik alasannya pengetatan likuiditas. "Jika bunga deposito kembali naik, investor lokal akan lebih tertarik ketimbang masuk ke obligasi," terang dia.

Jadi, tak heran bila porsi investor lokal di SUN masih mini, yakni 2,82%. Angka ini jauh dari kepemilikan abnormal yang mencapai 36,71%. Kini, investor abnormal pun mulai kembali masuk ke pasar SUN alasannya spread yang ditawarkan masih menarik.

Anil pun melihat, potensi BI ikut menaikkan suku bunga pekan ini bakal menciptakan rupiah lebih stabil. Sehingga yield sanggup kembali turun.

"Jika suku bunga tetap malah akan berdampak jelek bagi pasar keuangan dalam negeri. Karena rupiah sanggup melemah dan BI berpotensi menaikkan suku bunga dengan tingkat yang lebih tinggi," tegas dia.

Dengan skenario The Fed dan BI sama-sama menaikkan suku bunga di pekan depan, yeild SUN pola masih berpotensi kembali ke level 7,8% di simpulan tahun. Ariawan pun memprediksi, di simpulan 2018 yield SUN berada di rentang 7,95%-8,25%. (Tendi Mahadi)

Sumber: Tribunnews Manado

Bisnis Asuransi Pengangkutan Masih Naik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Update

0 komentar:

Posting Komentar