Jumat, 06 September 2019
Asuransi Genjot Produk Sistem Cicilan
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Menjangkau pasar yang lebih luas tampaknya menjadi salah satu fokus pelaku perjuangan asuransi jiwa ketika ini. Di antaranya lewat penetrasi produk dengan premi terencana yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
Salah satunya dilakukan PT Capital Life Indonesia. Direktur Capital Life Robin Winata menjelaskan, pihaknya sudah mendapat persetujuan dari regulator untuk produk unitlink dengan premi reguler yang dibentuk oleh perusahaan ini.
Dia menyebut produk tersebut memang belum dijual secara luas. "Masih dalam tahap pengenalan ke pasar," kata Robin, final pekan lalu.
Robin mengakui ada manfaat lain yang didapat Capital Life dengan menjual produk dengan premi berkala. Meski tak mengatakan laju pertumbuhan setinggi premi tunggal, produk dengan premi reguler bisa menciptakan nasabah merasa lebih ringan dalam membayar premi sebab dilakukan secara bertahap.
Tentunya hal ini bisa membuka peluang pasar yang lebih luas untuk bisa dimasuki perseroan ini. Di antaranya masyarakat kalangan ekonomi menengah yang jumlahnya sangat besar.
Maklum saja, aspek keterjangkauan masih menjadi salah satu warta yang dinilai sebagai tantangan dalam mendorong penetrasi.
Tapi walaupun punya produk premi reguler, kontribusinya belum akan signifikan bagi Capital Life di tahun ini. Produk berpremi tunggal masih bakal jadi tulang punggung bisnis, termasuk untuk mengejar sasaran premi sebesar Rp 7,5 triliun hingga final 2018 nanti.
Lebih stabil
PT BNI Life Insurance juga punya niatan serupa. Direktur Utama BNI Life Shadiq Akasya bilang mulai tahu ini pihaknya semakin memprioritaskan penjualan produk jenis ini.
Tak cuma membuka pasar lebih luas, ia menyebut premi terencana juga berdampak pada pertumbuhan bisnis yang lebih stabil. Akan ada pemasukan rutin dari premi yang disetor nasabah.
Saat ini produk single premi memang masih jadi kontributor terbesar bagi total premi yang didapat perusahaannya ialah sekitar 60%.
Meski begitu, ia menyebut secara perlahan, donasi dari produk dengan premi terencana dibutuhkan bisa setara dengan premi tunggal.
"Lalu dalam dua hingga tiga tahun lagi jadi berbalik sehingga produk reguler premi menjadi kontributor terbesar," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menilai peluang pasar asuransi jiwa masih sangat besar. Potensi ini bisa dioptimalkan dengan pengembangan produk yang sesuai kemampuan pasar.
Total Premi dan Tertanggung Asuransi Jiwa
periode premi jumlah
(Rp triliun) (juta orang)
2014 121,62 53,73
2015 128,66 54,96
2016 167,04 57,23
2017 195,72 65,53
Q2 2017 88,66 58,51
Q2 2018 93,58 53,27
sumber: AAJI
Prediksi Rupiah Tergantung Kekuatan BI
Rupiah masih cenderung turun. Jumat (5/10), kurs spot rupiah tutup di Rp 15.183 per dollar Amerika Serikat (AS), turun tipis 0,03%. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) memperlihatkan rupiah turun sekitar 0,32% ke Rp 15.182 per dollar AS.
Rupiah diprediksi akan makin tertekan sesudah Bank Indonesia (BI) merilis cadangan devisa turun 2,61% jadi US$ 114,8 miliar. Namun, BI meyakini, nilai cadangan devisa ketika ini masih sanggup menjaga stabilitas perekonomian.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memprediksi, tekanan terhadap kurs rupiah masih besar pada hari ini. '"Defisit neraca perdagangan di September 2018 melebar jadi kekhawatiran bagi pelaku pasar," terperinci dia.
Menurut Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong, kenaikan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga akan menjadi sentimen yang menekan kurs rupiah. Meski begitu, kedua analis yakin BI akan tetap intervensi rupiah.
Satria memprediksi rupiah bergerak antara Rp 15.175-Rp 15.250 per dollar. Sedangkan Lukman memperkirakan rupiah bergerak antara Rp 15.100-Rp 15.200 per dollar AS pada hari ini.
Proyeksi Bursa
Tekanan Bursa Mulai Terbatas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rentan terkoreksi di awal pekan ini. Namun, secara teknikal, penurunan mulai terbatas.
Jumat (5/10), indeks ditutup turun 0,43% ke 5.731,94. Investor abnormal mencatatkan penjualan higienis atau net sell sebesar Rp 1,26 triliun. Rupiah yang terdepresiasi hingga menembus Rp 15.000 per dollar AS menumbangkan pasar saham domestik.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan memperkirakan, penurunan indeks masih akan berlanjut pada hari ini (8/10). Kecenderungan pelemahan rupiah dan penurunan cadangan devisa hingga di bawah ekspektasi masih menyetir pasar.
Penyusutan nilai cadangan devisa menurunkan iktikad investor terhadap upaya evakuasi rupiah.Investor juga akan mengantisipasi rilis data penjualan ritel Indonesia periode Agustus. Namun, kata Dennies, secara teknikal, penurunan mulai terbatas.
Pergerakan ketika ini berada di level support bollinger band. Lanjar Nafi, analis Reliance Sekuritas, melihat, dari sisi teknikal, pergerakan IHSG membentuk teladan terkonsolidasi dengan candlestick doji pada momentum dan tren bearish jangka menengah.
Stochastic masuk area jenuh jual dengan momentum bearish RSI yang menekan. Meski begitu, ada potensi reversal jangka pendek hingga technical rebound.
Prediksi Lanjar, hari ini, IHSG akan mencoba menguat dengan pergerakan di rentang 5.705-5.820. Sementara, Dennies memperkirakan, support indeks di 5.679 dan resistance di 5.783. (Tendi Mahadi/Anna Maria Anggita Risang/Disa Ayulia Agatha)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Asuransi Genjot Produk Sistem Cicilan, http://manado.tribunnews.com/2018/10/08/asuransi-genjot-produk-sistem-cicilan?page=4.
Penulis: reporter_tm_cetak
Editor: Lodie_Tombeg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar