Jumat, 06 September 2019

Ojk Bebaskan Distribusi Asuransi Lewat Digital

Bisnis.com, JAKARTA – Pada peringatan hari asuransi nasional ke-13, rendahnya literasi masyarakat terhadap asuransi menjadi duduk masalah utama bagi para pengusaha perusahaan asuransi.

Data OJK 2017 menyebutkan literasi asuransi di Indonesia gres mencapai 15,76% angka ini turun 2,12% dibandingankan dengan 2013 yang sebesar 17,84%.

Kemudian, untuk tingkat utilitas mencapai 12,08%, turun dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 11,81%

Dari data tersebut sanggup diartikan bahwa dari 100 orang Indonesia, hanya terdapat 16 orang yang mengenal produk asuransi dan hanya 12 orang yang mempunyai polis.

Penurunan literasi masyarakat terhadap asuransi ini dipertanyakan mengingat jumlah pengguna internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan keterbukaan warta ini, seharusnya, literasi masyarakat akan asuransi kian membaik.

Berdasarkan data website emarketer, pada tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia sebagai pengguna internet terbanyak dengan total pengguna kurang lebih 123 juta orang.

Artinya lebih dari setengah masyarakat Indonesia sudah ‘melek’ teknologi digital. Potensi inilah yang nampaknya belum dimanfaatkan secara maksimal.

Dukungan OJK
Melihat permasalahan  ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi lampu hijau kepada industri asuransi untukm memanfaatkan susukan digital.

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II, Moch. Ihsanuddin mengungkapkan pemerintah bersama forum keuangan setuju mendorong inklusi masyarakat ke sektor jasa keuangan dengan sasaran 75% pada simpulan 2019.

Ihsanudin menambahkan untuk mempermudah penertrasi kepada masyarakat, OJK menawarkan keluasan kepada perusahaan asuransi untuk memanfaatkan sarana digital.

Dia meyakini dikala ini belum diharapkan regulasi yang mengatur pemasaran asuransi lewat digital.
“Apakah [Insurtech] harus diatur? Kalau mereka mau memasarkan lewat itu monggo yang penting, laris dan tidak merugikan pemegang polis, nah ini perlu dikaji secara komprehensif,” kata Ihsanudin di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).

Dia menjelaskan lahirnya regulasi pemasaran asuransi lewat digital atau insurtech dikhawatirkan akan mengekang pelaku perjuangan asuransi dalam melaksanakan penetrasi.

Regulasi tersebut, lanjutnya, juga dikhawatirkan menciptakan para agrigator asuransi digital beralih  ke distributor dalam memasarkan asuransi tanpa mengantongi lisensi.

“Jangan hingga agrigator menutup polis kemudian menjadi distributor alasannya ialah agrigator belum tentu punya lisensi keagenan, ngawur nanti,” ujar Ihsanudin.

Ihsanuddin juga membuktikan tidak semua pemasaran digital harus diatur. OJK selektif dalam mengeluarkan regulasi, selama keamanan industry dan konsumen masih terjamin.

“Kita enggak sanggup atur semua, emang OJK gusti Allah, kita harus pilah dan pilih mana yang perlu diatur mana yang tidak, kita harus melindungi industry dan konsumen juga, jangan semuanya diatur,” imbuhnya.

Saat ini OJK gres mengatur regulasi untuk peer-to-peer lending dan penjaminan yang termaktub dalam POJK no.77/2016 dan POJK no.2/2017.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Dadang Sukresna menyampaikan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap asuransi, maka diangkatlah tema “Mari Berasuransi, Cerdas, Sejahter dan Mandiri,” pada hari asuransi nasional tahun ini.

Dia menambahkan tema tersebut mempunyai arti bahwa industri asuransi berkeinginan berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman berasuransi, mendorong ketersediaan susukan dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

“Dari jumlah penduduk yang begitu besar, kenaikan penetrasi 1% terlihat cukup besar dari sisi jumlah orang yang memahami pentingnya berasuransi,” kata Dadang

Sasar  Milenial
Berdasarkan catatan Dewan Asuransi Indonesia, penetrasi asuransi kepada masyarakat gres sebesar  7% , adapun jumlah penduduk Indonesia yang mempunyai polis sebanyak 4,5 juta jiwa atau 1,7% dari 265 juta jiwa penduduk Indonesia.

Dalam upaya memperkenalkan asuransi tersebut, Dewan Asuransi Indonesia  melaksanakan acara literasi serentak “goes to campus” di 18 kota melalui seminar mengenai asuransi. Acara literasi bahkan mencatatkan rekor MURI sebagai “Literasi Asuransi Terbanyak”.

Ketua Panitia Insurance Day 2018, Yanti Parapat menjelaskan alasanar seminar asuransi dilakukan di kampus-kampus karena  milenial diyakini sebagai pasar potensial dan cocok dengan produk asuransi.
Berdasarkan data BPS 2018, jumlah generasi milenial (usia 17-35 tahun) dikala ini mencapai 79,5 juta jiwa. “Strategi asuransi tahun ini ialah enhancing relasi antara asuransi dengan passion milenial yang dikemas menjadi suatu festival,” kata Yanti.

 Puncak program Hari Asuransi Nasional dipusatkan di Bandung, Jawa Barat.

Sumber: Bisnis

Ojk Bebaskan Distribusi Asuransi Lewat Digital Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Update

0 komentar:

Posting Komentar