Rabu, 04 September 2019

Integrated Approach Dalam Administrasi Risiko

Ada empat pendekatan terintegratif dalam suatu administrasi risiko, yaitu:

1. Analize/Mengalisa

  • Melakukan analisa dan profiling untuk mengetahui mana risiko bisnis dan mana risiko industri
  • Bertemu dengan key person/eksekutif dan melaksanakan kunjungan ke lokasi risiko. Survey ini juga sanggup dipakai untuk mengenali etika hazard tertanggung.
  • Mereview/menilai pendekatan yang sudah dilakukan dalam melaksanakan risk management dan transfer risiko. Dalam hal ini, analisa sanggup melalui review polis atau acara Asuransi dicek apakah polis eksisting sudah mencukupi atau berlebihan, perlu atau tidak; termasuk melihat kebutuhan Asuransi terhadap kebutuhan bank
  • Menganalisa statistik kerugian dan total biaya risiko


2. Design / merancang
  • Memperkirakan banyak sekali opsi untuk mencapai level optimal dalam melaksanakan transfer risiko. Misal: menurut histori di mana loss frequent tp small severity, sanggup disarankan untuk retain risiko dengan nilai di bawah Rp XXX sekian (agar dilakukan funding internal), sehingga premium Asuransi sanggup rendah) Asuransi akan mengkover yang tidak diretain oleh perusahaan
  • Mereview alternatif-alternatif untuk mengelola dan mengukur secara finansial risiko-risiko yang ditahan di internal perusahaan
  • Menentukan kombinasi yang paling efisien dari risk retention maupun risk transfer.
  • Baru sehabis itu merancang T/C jaminan Asuransi

3. Execute / Melaksanakan
  • Menyetujui stategi marketing dan menyiapkan pengajuan ke underwriting
  • Menyetujui perusahaan2 asuransi yang sanggup diterima menurut pada layanan dan rating
  • Melakukan promosi marketing dan menyaring alternatif2
  • Menegosiasikan acara yang paling efektif dan mengeksekusi jaminan
(note: perhatikan rekomendasi dari perusahaan Asuransi. Lihat apakah itu cost efficient atau tidak. Asuransi harus efektif dengan cover optimal)

4. Manage / mengelola

  • Mengimplementasikan aktifitas service plan (perencanaan layanan) yang disetujui
  • Melakukan monitoring terhadap perubahan profil bisnsis dan kegiatan bisnis. Contoh: perluasan bisnis sanggup menciptakan profil risiko berubah (misal: pabrik benang berekspansi menjadi pabrik benang dan konveksi)
  • Melakukan monitoring terhadap hukum asuransi dan regulasi, baik itu OJK (misal: perubahan rate), depnaker (misal: ketentuan standar keselamatan kerja dgn kewajiban memasang hidrat – misalnya), maupun aturan2 pemerintah daerah.
  • Secara aktif mengelola klaim dan problem retensi risiko. Contoh: kalau klien sudah 3 tahun dengan kita, kita sudah tahu berapa retensi yang sanggup diretain oleh customer biar premi lebih murah.

Integrated Approach Dalam Administrasi Risiko Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Update

0 komentar:

Posting Komentar