Jumat, 06 September 2019

4 Kesalahan Besar Nasabah Ketika Membeli Asuransi Jiwa

Ilustrasi(FREEPIK.com)

KOMPAS.com - Apakah membeli asuransi jiwa termasuk salah satu resolusi keuangan Anda tahun 2018 ini? Bila dikala ini posisi Anda yakni sebagai pencari nafkah utama di keluarga, sebaiknya Anda memang mempunyai asuransi jiwa sebagai taktik administrasi risiko finansial keluarga.

Memiliki asuransi jiwa bisa membantu Anda mengantisipasi risiko-risiko finansial yang bisa timbul akhir final hidup pencari nafkah dan sebab musibah-musibah lain yang menciptakan keran pendapatan keluarga terganggu.

Namun, untuk membeli asuransi jiwa juga perlu kecermatan tersendiri semoga tidak terjebak pembelian produk yang tidak tepat.

Sering terjadi seseorang membeli asuransi jiwa, ternyata tidak sesuai kebutuhan sehingga dikala dicairkan, risiko finansial yang dihindari masih terjadi dan mengguncang kesehatan finansial keluarga.

Misalnya nilai uang pertanggungan sangat kecil, tak sesuai perkiraan. Atau sebagian besar premi atau iuran yang dibayar per bulan ternyata dipotong cukup besar sebab alasan tertentu dari perusahaan asuransi.

Bila Anda berencana membeli asuransi jiwa, perhatikan empat kesalahan besar hasil riset berikut ini semoga Anda tidak salah membeli:

1.Tidak mengetahui kebutuhan uang pertanggungan 
Banyak orang sekadar membeli asuransi jiwa tanpa terlebih dulu menghitung berapa kebutuhan uang pertanggungan yang sesungguhnya ia butuhkan. Alhasil, ketika terjadi risiko, uang pertanggungan yang cair ternyata tidak memadai untuk menutup kebutuhan finansial keluarga.

Ketahui terlebih dulu berapa kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa Anda sehingga bisa menemukan produk yang tepat.

Cara mengetahui kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa bisa Anda hitung dengan pendekatan Human Life Value, dengan rumus pengalian antara nilai pendapatan dikala ini ditambah risk free rate.

Sebagai contoh, pendapatan Anda dikala ini Rp 10 juta per bulan dan tanggungan Anda gres bisa berdikari 20 tahun lagi. Asumsi risk free rate 5,2 persen. Maka, kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa yakni Rp 10 juta x 12 bulan x (110 persen+5,2 persen) x 20 tahun = Rp 1,42 miliar.

Setelah mengetahui kebutuhan uang pertanggungan, Anda tinggal mencari produk asuransi jiwa dengan nilai Uang Pertanggungan (UP) sebesar itu. Anda bisa menimbang produk term life atau asuransi jiwa berjangka murni yang harga preminya masih terjangka dengan nilai UP cukup besar.

2.Menganggap asuransi sebagai investasi 
Perihal asuransi, satu hal yang perlu Anda selalu ingat yakni bahwa asuransi merupakan biaya. Asuransi bukanlah investasi di mana Anda bisa mengharapkan imbal hasil yang besar suatu hari nanti.

Sebaliknya, asuransi merupakan biaya sebab pada prinsipnya asuransi merupakan bagan pengalihan risiko seseorang pada pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah kompensasi atau uang pertanggungan ketika terjadi risiko pada tertanggung atau pemegang polis.

Pemegang polis wajib membayar premi sebagai biaya atas pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi tersebut. Asuransi jiwa tidak bisa mencegah kematian. Namun, asuransi jiwa bisa meringankan beban finansial anggota keluarga yang ditinggalkan ketika sang pencari nafkah meninggal dunia.

Salah menganggap asuransi sebagai produk investasi bisa menggiring Anda menentukan produk asuransi jiwa yang kurang tepat. Seperti membeli asuransi jiwa yang digabung dengan investasi. Akibatnya premi cukup mahal, sedangkan uang pertanggungannya relatif kecil. Jadi, berlakulah cerdas dalam menentukan yang terbaik.

3.Salah menetapkan tertanggung di polis 
Dalam asuransi, tertanggung yakni ia yang ditanggung risiko jiwanya oleh perusahaan asuransi. Sehingga, ketika si tertanggung tersebut meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang pertanggungan yang berhak diberikan kepada jago waris yang ditunjuk. Siapa yang idealnya menjadi tertanggung dalam produk asuransi jiwa?

Sesuai tujuan pembelian yaitu administrasi risiko finansial keluarga, tertanggung asuransi jiwa seharusnya yakni mereka yang mempunyai nilai ekonomi atau pihak yang menjadi sumber penghasilan keluarga.

Misalnya, suami, istri, atau keduanya. Bila suami dan istri sama-sama bekerja, tertanggung seharusnya yakni pihak yang mempunyai penghasilan terbesar sebab risiko finansialnya juga paling besar bagi keluarga bila tiba-tiba ia meninggal dunia.

4. Asal membeli asuransi pendukung 
Biasanya dikala Anda membeli asuransi jiwa, biro asuransi akan memperlihatkan pula asuransi embel-embel atau rider. Jangan asal menambah asuransi tambahan sebelum menghitung terlebih dulu apa saja kebutuhan Anda.

Asuransi tambahan juga berarti biaya tambahan, maka itu bijaklah dalam menambah jenis riders. Jikalau perlu tambahan, untuk asuransi jiwa Anda bisa menimbang untuk menambahkannya dengan waiver of premium atau pembebasan premi.

Riders ini berkhasiat untuk mengantisipasi risiko ketidakmampuan yang menjadikan Anda tidak bisa membayar premi rutin. Misalnya sebab terjadi kecelakaan yang menciptakan Anda kehilangan pekerjaan, Anda akan dibebaskan dari pembayaran premi asuransi jiwa.

Sumber Kompas.com

4 Kesalahan Besar Nasabah Ketika Membeli Asuransi Jiwa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Update

0 komentar:

Posting Komentar