Jumat, 06 September 2019

Memetik Pelajaran Di Hari Asuransi Nasional


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamis (18/10) diperingati sebagai hari asuransi nasional atau yang lebih terkenal disebut insurance day. Selain untuk dirayakan, momen tahun ini tampaknya cocok dimanfaatkan sebagai ajang pembelajaran.

Masih ada setumpuk pekerjaan rumah yang mesti dibenahi industri asuransi. Contohnya angka penetrasi asuransi yang masih berkisar di angka 6%. Bahkan hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2017 mencatat angka literasi asuransi di Indonesia malah menurun jadi 15,76%. Padahal pada survei tahun 2013, angkanya masih sebesar 17,84%.

Artinya dari 100 penduduk Indonesia, tak hingga 16 orang diantaranya yang sudah mengenal forum jasa keuangan asuransi.

Saat tantangan soal literasi masih besar, justru duduk kasus keuangan salah satu pemain besar yang sekarang terangkat. PT Asuransi Jiwasraya, perusahaan asuransi jiwa milik negara dengan aset sebesar Rp 45,6 triliun di tahun lalu, mengalami duduk kasus likuiditas dalam membayar klaim saving plan yang jatuh tempo.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengakui duduk kasus ini patut jadi pembelajaran dalam menjalankan roda bisnis.

Berkaca pada duduk kasus Jiwasraya, Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Moch. Ichsanuddin mengatakan, perusahaan asuransi mesti hati-hati kalau menjanjikan imbal yang menempel pada produk yang dipasarkan.

"Kalau menjanjikan return jangan tinggi-tinggi kalau memang susah untuk memenuhinya," kata dia, Kamis (18/10).

Saat sebuah polis saving plan jatuh tempo, perusahaan asuransi harus membayar nilai pokok dan bunga. Makanya, perusahaan asuransi harus melaksanakan antisipasi dengan menempatkan investasi di instrumen yang likuid.

Penyesuaian antara aset dan kewajiban pun mutlak dibutuhkan. Terutama untuk asuransi jiwa yang perputaran uangnya relatif dalam jangka panjang.

Sementara itu masih ada sejumlah pertanyaan lain terkait duduk kasus yang menerpa Jiwasraya. Misalnya saja dari langkah administrasi gres yang melaksanakan audit ulang terhadap kondisi keuangan perusahaan. Soal ini, Ichsanuddin bilang pihaknya masih menunggu audit pemeriksaan yang dilakukan BPK dan BPKP untuk sanggup menerima citra yang lebih utuh.

Tapi bila dilihat selintas, laporan keuangan Jiwaraya hasil audit ulang memang membuktikan sejumlah perubahan yang cukup signifikan. Ambil teladan pos keuntungan higienis yang terjun bebas dari Rp 2,4 triliun menjadi cuma Rp 360,3 miliar.

Melihat hal ini, ia menyinggung masalah lain yang berkaitan laporan keuangan. Tak lain yaitu soal SNP Finance.

Bermula dari masalah gagal bayar MTN, duduk kasus perusahaan pembiayaan tersebut terus melebar. Sampai regulator pun mengganjar hukuman peniadaan registrasi kepada Kantor Akuntan Publik Satrio Bing Eny & Rekan (KAP SBE) yang merupakan entitas dari Deloitte Indonesia.

Sanksi ini disebutnya turut jadi perhatian dunia internasional. Efeknya juga menciptakan auditor sekarang jadi makin berhati-hati.

Kedua duduk kasus ini, berdasarkan dia, juga harus menjadi pelajaran bagi akuntan publik. Dalam menjalankan tugasnya, mereka harus selalu berpegang pada standar operasional dan pedoman-pedoman lain yang harus ditaati.

"Sehingga ini harus menjadi pelajaran bagi semuanya. Bukan hanya untuk satu atau dua perusahaan asuransi," pungkasnya.




Sumber: Kontan
Reporter: Tendi Mahadi
Editor: Herlina Kartika

Memetik Pelajaran Di Hari Asuransi Nasional Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Update

0 komentar:

Posting Komentar